19 Desember 2009

Train (Chapter 2)

Kalau bicara tentang Kereta Api, banyak hal yang bisa di analogikan ke dalam ilmu marketing. Pada tulisan saya mengenai kereta api dengan judul Train (chapter 1)bisa dilihat di : http://myannas.blogspot.com/2009/05/train-chapter-1.html , Bagaimana kereta sudah punya jalan rel tersendiri,tapi yang sedang saya analogikan adalah kereta mainan yang mempunyai rel memutar seperti sirkuit.

Dalam Train (chapter 2) saya ingin menganalogikan kereta api sesungguhnya yang masing-masing punya tujuan kota atau tempat dimana menjadi pesanan penumpang,dan mempunyai pemberhentian sendiri berupa stasiun kereta api, yang mempunyai tempat parkir terbatas.

Keterbatasan ini menyebabkan kereta api mempunyai jadwal yang ketat dalam kedatangan dan keberangkatan di stasiun, jika meleset salah satu jadwal kereta maka semua jadwal harus di rubah. Yang berarti perlu energi dan pemikiran lebih. Diperjalanan sendiri kereta juga hanya punya satu atau dua rel yang bersebarangan, di Indonesia malah masih banyak yang hanya satu rel, belum semua trek ganda.

Analogi seperti ini dalam berbisnis juga sangat penting dalam hal untuk menentukan target. Baik target penjualan, target organisasi, target manajemen dan sebagainya.
Kita harus teliti dan bisa open mind untuk menyatukan semua informasi menjadi satu scedule atau proposal yang bervisi untuk memajukan bisnis itu sendiri. Lebih baik banyak merubah di saat penyusunan proposal target, dari pada asal-asalan akhirnya banyak kesalahan yang di lakukan dalam perjalanan bisnis, yang akan menyebabkan kemerosotan bahkan collaps, seperti manajemen perusahaan kereta api, salah menyusun jadwal akibatnya adalah bencana.

Bagaimana untuk menyusun proposal yang baik. Ada tiga rumus untuk penyusunan proposal bisnis yaitu : what, why, when. Rumus ini adalah rumus bisnis sederhana yang menjadi hal dasar untuk memulai bisnis.

what : Dalam memulai bisnis, arti what adalah apa yang menjadikan tujuan bisnis harus di letakkan sebagai batu pertama sebuah proposal, yaitu visi dan misi bisnis itu sendiri, tanpa hal ini bisnis akan kebablasan, bisa belak-belok ditengah jalan. Orang menyebutnya konsistensi atau ada sahabat saya lebih menyukai kata persistent.
Analogi dengan train kalau sudah bertujuan ke semarang, jangan di jalan jadi ingin ke jogja, sudah beda rel dan stasiun yang harus di singgahi, tidak sesuai dengah tujuan di awal.

why : kata why ini sebenarnya adalah kata untuk challenging dari visi dan misi bisnis yang sudah di tentukan di what tadi. Jadi tiap what bisa ditanya alasannya secara detail. Untuk lebih dalam menentukah why dari what secara obyektif bisa di diskusikan dengan partner atau komunitas bisnis yang ada. Dalam analogi perjalanan kereta api bisa di di runut apa benar tujuan ke semarang itu sedang tidak penuh keretanya, apa di jalan sepanjang rel tidak banjir, apa masih ada schedule keberangkatan kereta pada hari yang sama ke semarang.

when : ini adalah hal yang perlu juga di sebut dalam proposal bisnis, walau masih berupa estimasi dan asumsi, tapi sebagai bagian dari tujuan bisnis sendiri, waktu adalah hal yang menjadi bagian proposal bisnis sendiri, apalagi waktu tidak pernah terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Tanpa when maka pencapaian target akan mentah dan tidak bisa masuk ke tahap berikutnya, seperti Go Double Action, Go Double Profit, Go Double Company dan sebagainya.

Dari tiga rumus tersebut diatas, ada satu hal yang tidak terumus tapi jadi hal yang perlu di lakukan untuk tiap memulai bisnis, yaitu praying atau berdoa terhadap TUHAN,
Dalam kepercayaan saya sebagai seorang muslim, buatlah proposal bisnis dengan membaca bismillahirrohmanirrohim dan selesaikan dengan Alhamdulillahirobbil 'alamin.
Maka proposal bisnis yang dibuat adalah sebagai doa yang tercatat (Baca Buku Jamil Azzaini:"Tuhan Inilah Proposal Hidupku").

Lain waktu saya akan meneruskan tulisan ini, jika bisnis yang sudah jadi proposal banyak kendala dalam perjalanannya,yaitu strategi yang disebut 'reposisi'.

1 komentar: